
Teduh, sejuk, dan hijau. Terletak di lereng merapi Yogjakarta. Aku memarkirkan motor sewaanku kemudian turun. Mataku jelalatan melihat sekeliling, mencari-cari keberadaan Museum Ullen Sentalu – yang katanya sangat recommended bila liburan ke Jogjakarta. Sebelumnya aku belum pernah mendengar tentang Museum ini. Namun kawanku, Mas Achi tiba-tiba saja merekomendasikannya. Ternyata museumnya tertutup oleh pepohonan yang besar juga rimbun.
Ruang Selamat Datang
Aku berhasil menemukan pintu masuk yang menurutku agak membingungkan letaknya. Disana, aku langsung membeli tiket masuk seharga Rp40.000,-. Cukup terkejut ketika mengetahui harganya, karena cukup mahal untuk ukuran sebuah museum. Dari ruang selamat datang, aku melihat seorang wanita muda sedang mengajar anak-anak menari tarian tradisional Jawa. Karena bingung harus apa, aku melihat sekeliling dan membaca banner yang berada di ruangan tersebut. Banner tersebut menjelaskan latar belakang dan sejarah berdirinya Museum Ullen Sentalu ini.
Ketika sedang asyik membaca, seorang pegawai disana yang mengenakan kain batik dan kebaya memanggil namaku. Dari situ aku baru tahu kalau konsep dari museum ini adalah semacam tour de museum karena aku akan bergabung dengan beberapa orang dari rombongan lain dan akan dipandu oleh seorang museum guide. Kurang lebih 10 menit menunggu karena menunggu kloter sebelumnya, regu kami pun dipanggil oleh guide kami yang akan memandu selama di museum.
Ah, sayang sekali aku lupa siapa namanya. Yang aku ingat, pemandunya Mbak berkerudung yang mengenakan kebaya dan kain batik. Parasnya ayu, tatanan Bahasa Indonesianya sangat baik walau aksen Jawanya kental, tidak hilang. Yang paling penting, pengetahuannya akan sejarah patut diacungi jempol. Baiklah, kita sebut saja Mbak Pemandu.
Pertama-tama, Mbak Pemandu menjelaskan beberapa peraturan selama tour de museum, diantaranya dilarang mengambil gambar, merekam video maupun suara, dan tidak boleh makan juga minum minuman yang mengandung gula. Hanya boleh minum air mineral saja. Larangan minum minuman yang mengandung gula dibuat tidak hanya sekedar dibuat saja, hal itu untuk menjaga barang-barang koleksi yang ada di dalam museum.
Guo Selo Giri
Suhu ruangan itu dingin padahal tidak terlihat tanda-tanda pendingin ruangan, cahaya yang redup, dan ketika iseng memegang dinding yang terbuat dari batu terasa benar-benar dingin. Itulah sedikit yang bisa aku gambarkan ketika pertama kali memasuki lorong yang di depannya terdapat tulisan Guo Selo Giri. Sebelum rasa penasaran itu meradang, Mbak Pemandu menjelaskan bahwa material batu yang tersusun di dinding lorong gua diambil dari batu merapi sehingga secara alami membuat ruangan menjadi dingin. Seketika aku ingin membuat dinding kamarku terbuat dari material batu merapi supaya tidak kegerahan.
Ruang Seni dan Tari Gamelan
Keluar dari lorong Guo Selo Giri, tibalah aku dan rombongan di Ruang Seni dan Tari Gamelan. Disana, aku melihat alat musik yang tidak asing lagi di mataku, yaitu gamelan. Pernah memainkannya sebanyak dua kali saja hehe. Itu pun yang paling mudah dan tidak bisa-bisa. Selain gamelan, disana terpampang beberapa lukisan, salah satunya lukisan Siti Raden Ajeng Gusti Nurul Kusumawardhani atau lebih sering disebut Gusti Nurul. Mbak Pemandu berkata, “Beliau adalah satu-satunya wanita yang menolak lamaran founding father kita, yaitu Ir. Soekarno. Penasaran kenapa? Nanti ada ruangannya sendiri saya akan menjelaskan.” Ih, Mbaknya bisa aja bikin penasarannya.
Sebelum menjelaskan lukisan Gusti Nurul, Mbak Pemandu memperkenalkan sedikit tentang Museum Ullen Sentalu seperti yang tadi aku baca di banner. Museum Ullen Sentalu merupakan museum swasta yang kehadirannya diprakarsai oleh Keluarga Haryono dan di bawah payung yayasan Ulating Blencong. Museum ini mulanya dirintis pada tahun 1994 dan diresmikan pada tanggal 1 Maret 1997 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam VIII. Ulen sentalu sendiri merupakan akronim dari kata Ulating Blencong Sejatine Tataraning Lumaku yang artinya Pelita Kehidupan Umat Manusia.
Di salah satu lukisan di ruangan tersebut, terdapat lukisan Gusti Nurul sedang menari. Lukisan tersebut sebagai penggambaran ketika Gusti Nurul mempersembahkan Tarian Serimpi Sari Tunggal di pernikahan Pangeran Benhard dan Putri Juliana yang merupakan anak Ratu Wilhelmina pada tahun 1936 di Belanda. Menariknya, Gusti Nurul menarinya di Belanda namun iringan musiknya yaitu gamelan dimainkan di Solo yang mana disiarkan langsung dari radio.
Bilik Syair Tineke – Tineke yang Patah Hati
Usai dari Ruang Seni Tari dan Gamelan, kami menuju Bilik Syair Tineke. Untuk menuju kesana, kami melewati lorong yang mana dindingnya dari material batu merapi dan disana banyak terpampang lukisan-lukisan para Bangsawan Jawa Kuno. Selain itu, ada juga silsilah mengenai pemerintahan Jawa yang mana terbagi menjadi dua – Solo dan Jogjakarta.
Sekilas saja aku akan menjelaskan silsilah tersebut dari apa yang dijelaskan Mbak Pemandu:
Pada abad ke 19, Mataram Islam pecah. Perebutan kekuasaan dan kepentingan Belanda yang menjadi sebab dari perpecahan tersebut. Lahirlah Perjanjian Giyanti yang membagi Mataram Islam menjadi dua, Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Perjanjian Giyanti terjadi pada 13 Februari 1755. Nama Giyanti diambil dari lokasi penandatanganannya, yakni sebelah timur Kota Karanganyar, Jawa Tengah. Yogyakarta dipimpin oleh seorang Sultan sementara Surakarta atau Solo dipimpin oleh seorang Sunan.
Disini juga aku dan rombongan dijelaskan tentang Pakubuwono dan Hamengkubuwono. Pakubuwono adalah sebuah gelar untuk Raden Mas Darajat atau Pangeran Puger yang merupakan putra dari Sunan Amangkurat I, Raja Mataram. Gelar ini kemudian diteruskan ke keturunan-keturuanannya sebagai Susuhunan (Sunan) Surakarta dengan gelar lengkapnya Sahandhap Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwana Senapati-ing-Alaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping (yang kemudian diisi sesuai urutan gelar raja ke berapa) ing Nagari Surakarta Hadiningrat. Mbaknya membacakan dengan lantang, cekat, tanpa salah, membuat pengunjung terpukau dan aku request agar Mbak-nya mengulang pelan-pelan.
Sementara itu, Hamengkubuwono adalah Raja Kasultanan Yogyakarta. Gelar lengkapnya Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalogo Ngabdurahman Sayiddin Panotogomo Khalifatullah. Lagi-lagi, aku request agar Mbaknya membacakan pelan-pelan supaya aku bisa mencatatnya.
Setibanya di Bilik Syair Tineke, aku sangat terpukau dengan beberapa syair yang ditujukan untuk Tineke. Tapi, siapa sih, Tineke itu? Tineke adalah Putri Pakubuwono XI. Nama aslinya GRAj Koes Sapariyam. Jadi, Tineke ini kisah cintanya sungguh sedih, aku membayangkannya saja jadi mbrebes mili. Tineke memiliki pujaan hati, namun hubungannya ditentang oleh keluarganya sendiri. Sang Putri terus saja beruram durja kurang lebih selama 10 tahun lamanya. Untuk mengurangi kesedihan sang Puteri, sepupu-sepupu Tineke menuliskan puisi sebanyak 29 puisi sepanjang periode 1939 – 1947. Meski pada akhirnya, Tineke pun memilih belahan jiwanya, dan memilih keluar dari wilayah istana. Mengharukan, bukan? Puisi-puisi tersebut ditulis dalam bahasa Belanda, Inggris, dan Indonesia. Karena keterbatasan waktu, aku hanya membacanya saja dan tidak sempat menyalinnya.
Royal Room Ratu Mas
Ruangan ini merupakan ruangan yang dipersembahkan untuk Ratu Mas yang merupakan permaisuri dari Sunan Pakubuwono X. Ratu Mas terkenal dengan busana-busananya yang fashionable. Salah satu contoh baju yang ada di lukisan Ratu Mas yaitu Ratu Mas yang mengenakan pakaian dari bahan beludru dengan kalung panjang berbentuk kipas yang menjuntai ke bawah. Mbak Pemandu menjelaskan bahwa pakaian dari bahan beludru sebenarnya merupakan pakaian khas orang Belanda, dan wanita-wanita bangsawan suka sehingga ingin menirunya. Namun karena di Indonesia suhunya panas, dan pada zaman dahulu belum ada kipas angin apalagi pendingin ruangan, didesainlah kalung dengan kipas yang menjuntai ke bawah. Sehingga apabila Ratu Mas merasa panas, kalung tersebut dapat berfungsi sebagai kipas. Ratu Mas sendiri terkenal pandai merancang busana, berbahasa Belanda, bermain piano, dan memasak.
Ruang Batik Vorstendladen (Surakarta & Yogyakarta)
Di ruangan ini, koleksi batik yang umurnya sudah cukup tua namun kualitas masih sangat bagus dipamerkan. Batik-batik itu disimpan di dalam kaca dengan suhu yang sudah disesuaikan supaya bisa menjaga keutuhan dari koleksi batik. Di ruangan ini pula, Mbak Pemandu menjelaskan perbedaan batik Surakarta dan Yogyakarta dari segi motifnya. Sekilas ketika melihat memang tidak ada bedanya. Namun, setelah dijelaskan oleh Mbak Pemandu ternyata terdapat perbedaan. Dari segi warna, batik Surakarta memiliki latar dominan, yaitu sogan atau coklat kekuningan. Sedangkan batik Yogyakarta mempunyai latar warna yang gelap atau hitam dan terang putih dengan ornamen coklat. Sementara itu, jika dilihat dari motifnya batik Surakarta lebih halus. Sementara itu batik Yogyakarta memiliki motif yang memberikan kesan tegas maskulin.
Batik Pesisiran
Batik pesisiran merupakan semua batik yang pembuatannya dikerjakan di luar daerah Solo dan Yogyakarta. Istilah batik “pesisir” muncul karena letaknya berada di daerah pesisir utara pulau Jawa seperti Cirebon, Indramayu, Lasem, dan Bakaran. Pola yang ada pada batik pesisir lebih bebas dan warnanya lebih beraneka ragam. Hal tersebut dikarenakan pengaruh budaya luar yang begitu kuat. Tidak seperti batik keraton, batik pesisir lebih ditujukan sebagai barang dagangan, seperti yang biasa kita pakai, lho.
Ruang Putri Dambaan
Ini yang ditunggu-tunggu, Ruang Putri Dambaan yang tidak lain adalah Gusti Nurul, satu-satunya peremuan yang menolak lamaran Ir. Soekarno. Sebelum membahas alasan dari Gusti Nurul menolak lamaran Ir. Soekarno, aku ingin menggambarkan sosok dari Gusti Nurul. Matanya besar, hidungnya mancung, wajahnya bulat namun ada kesan tirus di dagunya, duh benar-benar Putri Dambaan. Bagaimana tidak, di zaman dahulu yang tidak ada make up apalagi skin care seperti sekarang ini, Gusti Nurul terlihat begitu cantik dan terawat alami. Di Ruang Putri Dambaan, aku melihat foto-foto Putri Nurul sejak masih kecil, remaja, hingga dewasa. Berdasarkan informasi dari Mbak Pemandu, pada zamannya, Gusti Nurul terkenal karena kecantikannya, keahlian menari, dan kemampuannya menunggang kuda. Di ruangan tersebut juga terdapat foto Gusti Nurul sedang menunggang kuda. Di foto itu, Gusti Nurul memakai celana bak cowboy wanita, sangat cantik.
Lalu apa alasan Gusti Nurul menolak lamaran Ir. Soekarno? Karena Gusti Nurul tidak mau dipoligami. Ya, founding father kita itu selain terkenal dengan gaya berpidatonya, juga terkenal dengan banyak istri hehe. Dan Gusti Nurul memilih RM Soejarsoejarsojarso yang merupakan seorang perwira biasa dan memilih hidup di luar kompleks istana. Kenapa? Karena perwira biasa merupakan Pegawai Negeri Sipil, dan PNS tidak diperbolehkan berpoligami. Oh ya, selain Ir. Soekarno, Gusti Nurul pun menolak salah satu pria idaman lainnya, yakni Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Koridor Retja Landa
Disinilah aku dan rombongan dipersilakan untuk istirahat dan disuguhi minuman yang konon katanya bisa buat awet muda. Aku tidak yakin itu minuman apa, namun dari rasanya seperti wedang jahe dicampur sereh. Aku minum dua gelas karena ada salah satu pengunjung yang tidak suka. Haus atau doyan, yah?
Sasana Sekar Bawana
Di ruangan ini terdapat beberapa lukisan Raja Mataram. Lukisan yang paling aku ingat adalah lukisan Hamengku Buwono IX dengan bebera orang penari mengenakan pakaian berwarna hijau. Di lukisan tersebut, ada sosok wanita yang kakinya tidak menapak yang juga sedang menari—tidak lain merupakan Penguasa Pantai Selatan—Nyi Roro Kidul. Konon katanya, Nyi Roro Kidul merupakan istri gaib Sultan Hamengkubuwono IX. Wallahualam, ya~
Relief Candi Borobudur

Inilah lokasi terakhir dari tour de museum yang sebelumnya melewati koridor panjang yang penuh dengan arca-arca kerajaan Hindu Budha pada zaman dahulu kala. Di sinilah aku dan pengunjung lainnya diperbolehkan untuk berfoto. Relief Candi Borobudur disini, sengaja diposisikan miring. Ternyata ada pesan yang ingin disampaikan, lho. Mbak Pemandu menjelaskan bahawa posisi relief candi dibuat miring sebagai bentuk keprihatinan terhadap anak-anak Indonesia saat ini yang kurang mengetahui akan budaya dari Negara sendiri, yaitu Budaya Indonesia
— — —
Sedikit cerita tentang asal usul kata “Pengemis” di Indonesia. Namun sengaja aku letakkan di bawah karena aku lupa pada saat dimana Mbak Pemandu menceritakan tentang hal ini. Sebenarnya aku cukup takut menuliskan pengalamanku di Museum Ullen Sentalu ini karena takut salah memberikan informasi sehingga salah menceritakan sejarah. Setting waktunya adalah pada saat kerajaan Surakarta atau Solo sedang dipimpin oleh Pakubuwono X. Saat itu pada sore hari, Pakubuwono X keluar dari Istana untuk melihat-lihat keadaan rakyatnya. Rutenya dari Istana menuju Masjid Agung melewati alun-alun lor. Ketika melewati alun-alun, rakyatnya berdiri berjajar di sisi kanan dan kiri alun-alun dengan penuh hormat dengan cara menundukkan kepala. Pada saat itulah sang raja tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bersedekah dan langsung diberikan kepada rakyatnya berupa uang tanpa ada satupun yang terlewatkan. Kebiasaan tersebut berlangsung setiap hari Kamis, dimana di dalam bahasa Jawa disebut Kemis sehingga lahirlah sebutan orang yang mengharapkan berkah di hari Kemis dan diistilahkan dengan sebutan “NGEMIS” dan pelakunya disebut dengan “PENGEMIS”. Padahal sesungguhnya Kamis itu diserap dari bahasa Arab, Al-Khomis. Namun kita hargai budaya 🙂
Begitulah tour the museum-ku di Museum Ullen Sentalu. Maaf ya, teman-teman aku tidak bisa memberikan banyak foto di tulisan ini dikarenakan memang sudah peraturannya. Aku tidak tahu kenapa tidak diperbolehkan, aku tidak ingin mengait-ngaitkan dengan hal apapun. Anggap saja itu SOP (Standard Operational Prosedure) dari Museum Ullen Sentalu. Aku menghargainya. Teman-teman bila berwisata ke Yogyakarta, jangan lupa untuk mampir ke Museum Ullen Sentalu dan rasakan sendiri sensasi menyelami sejarah bangsawan Jawa pada zaman dahulu.
Lokasi: Jl. Boyong KM 25, Kaliurang Barat, Hanrgobinangun, Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogjakarta
Berapa kali ke Jogya, nggak pernah sempet main ke sini… hiks -.-“
Kalo ke Jogja lagi, sempetin kesini kak. Menarik banget!!
Infonya lengkap banget Kak tentang Museum Ullen Sentalu, termasuk mengenai asal-usul pengemis! Keren!
Btw, kenapa Gusti Nurul menolak Sri Sultan Hamengkubuwono IX? Ada hubungannya dengan Nyi Roro kah?
makasi Lisa, kamu coba dateng kesana langsung pasti lebih terpukau.. bukan karena Nyi Roronya, Lis. Tapi Gusti Nurul itu gak mau dipoligami 🙂
Jadi dia enggak mau dipoligami Ir. Soekarno dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX ya?
Oh gituuu.. Thanks Kar infonya.
Iyaap betul, Lisa.. That’s why beliau memilih seorang perwira biasa 😊
Baru tahu soal sejarah kata pengemis. Anyway saya tiap tahun ke jogja buta liburan tapi malah belum pernah kesini.. 😅
Klo misal tahun ini ada kesempatan lg ke jogja mau coba kesini ah..
Aku pun baru tau pas dijelasin sama mbak pemandu disana… Sebelumnya gak tau juga 😂
Ih sama juga mas, kl gak dikasih tau mas achi juga sama, gak tau hehe. Iyaa mas, gak nyesel pokoknya bagus bgttt!
Waah jadi pengen ke situ.. di tengah2 baca wondering sih.. kok ga ada foto-fotonya.. ternyata enggak boleh yaa..
Kesana mba dewi, worth it banget dg harga tiket masuk yg cukup mahal untuk ukuran museum..
Iyaa dr awal udh dikasih tau sama mbaknya kl ga boleh ambil gambar, rekam video ataupun suara. Kita manut aja sbg pengunjung yg baik.. 😊
Pernah diceritain juga sama Mas Achi tentang Museum ini tapi pas ke Jogja nggak ke sini 😦 Lengkap sekali ceritanya Kar, jadi tau asal usul nama pengemis hehe
kalau ada kesempatan buat ke Jogja lagi, cobain ke sana Tin.. seru banget deh jadi banyak tau..
hehe iya, tin yang aku inget aku tuangin semua deh 😀
Wah. Harus dikunjungi nih, jika ke Jogja. Harga 40ribu seharusnya worth it dengan pengalaman dan minuman khas seperti wedang.
iya mas, aku bakalan ngomong hal sama ke banyak orang yang mau ke Jogja. soalnya berkesan banget kunjungannya. worth it banget mas 🙂
Waktu saya kesini beberapa tahun yang lalu, tidak ada ada penjelasan tentang pengemis. Mungkin beda pemandu sehingga beda penjelasan.
Yang Gusti Nurul pilih PNS, karena PNS gak boleh poligami, duh mau ketawa….
iya mas, ada tambahan ttg istilah pengemis pas di ruang koleksi batik sih kalo gak salah inget cuma gak yakin disitu atau bkn. bener, mungkin karena pemandunya berbeda.
loh, kenapa mas? hehehe. mas ris PNS yha? wkwk. sudah, satu saja cukuf
Keren Mba, harga tiket masuk kayanya sesuai dengan apa yang didapat di dalam museum.
iya, sejarah indonesia memang keren dan museumnya pun keren.. benerr banget, sesuai
Baru tau ada tempat gituan yaa di yogya….mesti seharian disitu enaknya sambil tanya juru kunci museum buat nyeritain semuanya sambil nge weddang
Iyaa ada mas agus. Iya enaknya sih gitu, tp disana kita udh ditentuin waktunya. Kurang lebih satu jam keliling muterin museum itu 😊
Museum Ullen.. Belum pernah tahu tentang museum ini hihi
Hehehe
Selalu ada alasan untuk balik lagi ke jogja ya… Ada aja destinasi menarik yang belum dikunjungi. Mbak Kartini makasih ya informasi tentang museum ullen nya.
Iya, Mbak Tuti 🙂
Ada satu lagi yg blm aku kunjungi jg di jogja, Ramayana Ballet Prambanan..
Makin panjang nih catatan destinasi di yogyakarta yg bln saya kunjungi…
Iya Mbak Tuty semoga selalu ada rezeki materi maupun umur yg panjang supaya bs menjelajahi jogja 😊
Tulisan kunjungan Ullen Sentalunya infonya detail bangeut ya..
Kunjungan ke Jogya perlu ditambah ke Museum ini ya..
Hehe iya gpp deh detail drpd kurang 😅
Iya mas yudi, rekomended banget
Meskipun agak mahal harga tiket masuknya, tp worth it lah ya Mba, karena ada tour guidenya. Heheeh
Betull
Kartini, kau memberiku satu alasan buat ke Yogya lagi. Bercerita dengan gambar yang minim itu susah banget loooh. And you did it well Girl. 👍👍👍
Cuss Kak Muti!!! Nanti sekalian Ramayana Ballet Prambanan jg kak tp hrs liat jadwalnya jg deh..
Makasi Kak Muti atas pujiannya, ini semata2 krn Mbak Pemandunya pun baik bgt penyampaiannya jadi berkesan shg jadilah tulisan ini 😊😊
ini salah satu museum yang saya suka… sayang masih kebanyakan bule yang ke tempat ini waktu itu..
https://ekasiregar.com
Mungkin ketertarikan masyarakat indonesia buat mengenal sejarah bahkan budaya negeri sendiri msh kurang kali ya, om. Makanya di museum pun ada relief candi borobudur yg sengaja dipasang miring sbg bentuk keprihatinan..
Tp pas aku kemaren ada 2 kelompok. Kelompok 1 rombongan lokal, kelompok 2 rombongan mancanegara alhamdulillah dr jumlah banyakan lokal..
Jogja selalu tidak pernah kehabisan alasan untuk dikunjungi. Aku penasaran dengan Tineke dan puisi-puisi patah hati yang ditulis dalam 3 bahasa itu.
Puisi yg ditulis oleh saudara2 tineke untuk menghibur tineke yg sedang patah hati.. Aku gak begitu paham maknanya, tp sepertinya sedih :”)
Itu titelnya panjang sekali kak.. dan keren sekali kakak bisa mencatat dengan baik.. baru tau ada museum kayak gini di jogja.. boleh ugha nih di kunjungin..
Iya puanjangg.. Itu jg minta ulang pelan2 smbil catet di note hp krn niat buat ditulis di blog 😁
Iya kak, kudu deh
Pas banget ya Kak belajar sejarah di Jogja jadi mau berkunjung deh. Terima kasih infonya Kak..
Berkunjung kak 😊
Penasaran sama museum Ullen Sentalu, tapi sampai sekarang belum sempat ke sana. Butuh pemandu kayak Mas Achi nih klo ke sana.
Atau mas achi kita sarankan untuk apply jadi pemandu disana? Haha 😂
Baru tau kalo kata “pengemis” ada sejarahnya, Mbak. Aku juga mikirnya harga tiket masuk lumayan mahal sih. Tapi pas udah baca, wajar karena ada guide juga dan sepadan dengan informasi sejarah yang pastinya lebih mahal dari tiket masuk itu :))
Akupun baru tau mbak kal..
Iyaa aku pun begitu, wah harganya sama kayak mau ke Candi 🙂
Tp mas mulai masuk dan dipandu guide, rasanya 40k pun jadi terlalu murah 😊
Mungkin mahal gegara ada pemandunya yaa…. Dan mungkin museumnya gak dpt uang operasional dr pemerintah
Gpp, immaterial dg nambahnya wawasan
Nice info. Ceritanya cukup lengkap. Bisa jd pilihan klo jalan2 ke Jogja nih
Iya kak 😊
Koq keren ya, boleh nih klo k jogja main kesini 😍😍😍
Iya mba keren museumnya 😊 betul mba, kudu deh 😁
Gue malah belum pernah ke situ
Wah..
Sayang banget gak ada fotonya, padahal penasaran sama baju beludrunya Ratu Mas 😦
Sudah peraturannya begitu kak. 😊
cita2 dari jaman penjajahan belanda pengen ke sna g jadi2. keren kan ternyata. hiks
Realisasikan…. 😎
Waw. Menyelam ke dalam museum tanpaknya seru juga. Padat infomasinya suka. Karena tidak ada foto jadi penasaran ingin melihat langsung. Masuk list kalau nanti kw jogja.
belum pernah ke jogja
ok masuk list ke tempat yg wajib dikunjungi kalo ke sana
https://helloinez.com
wah nanti kalau ke jogja lagi pengen dateng ke museu ullen sentalu dehh..
Iya mas budi 🙂
Udah siap nih jadi bangsawan. Kerenlah tempat mainya, klasik bget.
Itu asal muasal pengemis bneran ya
Hehe aamiin aja deh. Iya, mau menjelajah museum lg ah…
Entahlah, dijelasin sama pemandunya begitu.. Sepertinya sih iya, gak mungkin kn pemandunya ngmg asal belaka 😁
Jadi pengen ke tempat ini kalo ke Yogya. Masut destination list kakak. Terimakasih
Sama2 😊
Wah terima kasih infonya. Kalau ke Jogja harus mampir nih hehehe
Lengkap banget infonya, jadi kangen Jogja. Ahh harus kesana nih, betah pasti lama-lama hehhee
Waaaah, nambah list destinasi ke jogja nih
iya kak caca.. bagus
Salah satu museum yg udah masuk list aku untuk didatangi, nih. Waktu itu udah kesorean, hampir tutup, jadi batal masuk.
sayang bgt mba nunik.. semoga next time bisa yaa
harus pelan-pelan untuk membaca judulnya
hehehe
wah boleh nih kalo ke jogja datengin ini, banyak manfaatnya